Senin, 26 September 2011

TEORI OTAK TENGAH SUDAH JELAS PENIPUAN (Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO)

TEORI OTAK TENGAH SUDAH JELAS PENIPUAN (Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO)
on October 29, 2010 —

 (*) Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO,  Guru Besar Fakultas Psikologi UI
Di suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang Lebaran,tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusus tentang psikologi maaf. Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu semu)yang sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak tengah(midbrain). Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif yang menarik di tengah tengah banjirnya (lebih parah dari banjir Pakistan) artikel dan siaran tentang Idul Fitri di hari-hari seputar Lebaran ini.
Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dia juga mengendalikan gerak bola mata. Bagian berpigmen gelapnya yang disebut red nucleus (inti merah) dan substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota tubuh. Karena itu kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan parkinson. Untuk keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter.
Namun, yang jelas, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat. Para pakar ilmu syaraf(neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak.
Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Di sisi lain, pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala, tak ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian lain seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan neurologis) dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku seseorang ketimbang dicari pusatnya di otak.
Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya. Makin tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk berhasil. Itulah sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di atas 120 untuk bisa diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak Howard Gardner menemukan teori tentang multiple intelligence (1983) dan Daniel Goleman memublikasikan temuannya tentang Emotional Intelligence (1995), maka para pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada keberhasilan seseorang hanya sekitar 20–30% saja.
Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha, ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu, beberapa bulan terakhir ini, marak sekali kampanye tentang pelatihan otak tengah.
Bahkan rekan saya psikolog psikolog muda ada yang bersemangat sekali mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka kepelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau dua anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus.
Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna dengan mata tertutup. Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka pikir setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka langsung akan jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan santun kepada orang tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan sebagainya seperti yang dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.
Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk dua hari kursus, orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak mereka belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri), tidak usah membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti sendiri pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah bisa masuk peringkat. Inilah yang saya maksud dengan “berbahaya” dari tren yang sedang berkembang pesat akhir-akhir ini.
Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. Selain bisa menggambar dengan mata tertutup (sebagian hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup mata dekat hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.
Konsentrasi tetap payah, motivasi tetap rendah, dan emosi tetap meledak-ledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya antara otak tengah dengan faktor faktor kepribadian itu.
Namun, orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta dan sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari Malaysia itu.
Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya jadi makin pintar, tetapi jadi jenius. Karena itu nama perusahaannya juga Genius Mind Corporation. Malah bukan itu saja. Menurut Dr Ting, anak yang sudah terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding, bisa melihat apa yang akan terjadi (seperti almarhumah Mama Laurenz), bahkan bisa mengobati orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam iklan-iklan Youtube-nya di internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali karena angka KDRT pada anak bisa langsung melompat naik gara-gara banyak anak dicubiti atau dipukuli pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama mereka sendiril antaran tidak bisa melihat di balik tembok, meramal atau mengobati orang sakit.***
Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di Google. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu syaraf, kedokteran, biologi, atau psikologi. Dia disebutkan sebagai pakar pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf (neuroscience).
Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi Youtube yang diulang-ulang saja, beberapa tulisan kesaksian, dan cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut dengan menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu tulisan-tulisan ilmiahnya sudah banyak, tetapi saya belum pernah membacanya. Namun hasilnya juga nol. Maka saya makin tidak percaya.
Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah pseudo-science atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak bisa diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak kanan-otak kiri yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri (membaca nasib orang dengan melihat garis-garis telapak tangannya). Masalahnya, astrologi dan palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan siapa-siapa karena hanya dilakukan oleh yang mempercayainya atau sekadar iseng-iseng tanpa biaya dan tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur, kalau salah yo wis.
Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer pelatihan otak kanak-otak kiri. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya “Meningkatkan Kecerdasan Salat”. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah mereka“biaya investasi”) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua har iseorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman.
Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan jenius? Einstein, Colombus, Thomas Edison, Bill Gates, Barack Obama, dan masih banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa menggambar dengan mata tertutup.
Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.
(*) Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO,  Guru Besar Fakultas Psikologi UI


klarifikasi prof sarlito dan penolakannya terhadap gmc

Posted on Februari 9, 2011 by Perdana Akhmad S.Psi
Oleh : Kurniawan tri Saputra
MEMANG TIDAK SEMUANYA BISA DIJELASKAN SECARA ILMIAH, NAMUN SEGALA YANG ILMIAH  PASTI BISA DIJELASKAN DENGAN MUDAH
Saat sesuatu itu keluar dari keilmiahan, maka hanya wahyu (agama) yang bisa menjawab…
Saat agama membenarkan berarti benar, dan saat agama menayalahkan berarti salah.
Dan jika agama tidak menerangkan berati itu PALSU
………………………………………………………….
Assalamu’alaikum,
Dibawah ini adalah hasil pengamatan saya pribadi terhadap kasus Pro dan Kontra program aktivasi otak tengah.
GMC (Genius Mind Consultancy, lembaga pelopor adanya program aktivasi otak tengah pertama kali di Indonesia, di websitenya memposting photo Sdr. Donny Dir GMC duduk dengan Prof. Sarlito, seorang psikolog sekaligus guru besar fakultas psikologi UI. Bahkan photo ini diposting di suatu Koran di Jakarta dengan mengabarkan bahwa GMC didukung oleh beberapa Pakar. Pasti setiap orang yang melihat Photo tersebut terkesan bahwa mereka mendapat dukungan dari Prof . Sarlito.
Meskipun demikian saya merasa aneh karena di Web tersebut dipostkan pesan Prof. Sarlito sbb:
“Setelah mengikuti kuliah Neurologi dr 3 dokter Spesialis Syaraf dan mendengarkan penjelasan umum tentang GMC dari ibu Putri, perkenankan saya mengajukan beberapa hal.
Bukan sbg tokoh antagonis, ttp sbg masukan buat program GmC yg bgmnpun jg sdh terlanjur populer di masy. Harapan sy kita semua bs meningkatkan kualitas pelayanan GMC agar lebih berdaya guna buat masyarakat, ketimbang adu kontroversi yg malah membingungkan masy.
1. Dalam bbrp hal GMC (atau GMI? Maaf sy lupa) sudah benar. Misalnya: menganjurkan ortu utk mengubah cara mendidik anak, lbh bnyk memuji wlp anak salah, tidak memaksa belajar kalau situasi ga kondusif dll; metode training umum utk meningkatkan general condition of mind, misal: relaksasi, motivasi musik dll (dipraktikkan jg di Asia Week, ESQ dn pelatihan2 lain). 2. Bbrp point msh kontroversial, misal: brain gym dn melihat dg mata tertutup. Ini masih dianggap psedo science dn ga jelas hub-nya dg peningkatan inteligensi, shg perlu dipertimbangkan ulang.
3. Yg mutlak keliru adalah konsep AOT. Sy kira ke-3 dokter + dr Kemas sendiri, sama pendapatnya, yaitu yg distimulasi adl keseluruhan otak, bukan hny OT. Sy kira pernytaan dr Taufik sgt baik, yaitu bhw teknologi yg terbaik adl pendidikan. Dan utk mengintervensi minimal 10 hari (brp Rp tuh?), bahkan bisa berth-th, bkn hny 2 hr.
4. Dlm strategi marketing ke depan perlu diperbaiki, misal dg mengubah/hilangkan kata AOT, shg tdk ada kesan “instant” dn pembohongan”.
5. Sy mengapresiasi niat baik GMC utk mendengar masukan dr berbagai pihak dan tdk hanya bersikap membela diri spt yg bnyk terjadi di Indonesia.
Wassalam, Sarlito”
Yang mana kalau menurut saya (silahkan baca sendiri) kesimpulannya adalah beliau tidak mendukung bahkan membantah bahwa cara-cara GMC adalah cara ilmiah terutama poin 2 dan 3 diatas.
Akan tetapi anehnya kesimpulan yang diberikan oleh tim GMC adalah sbb:
Dari acara “Diskusi Pakar” tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Program pelatihan brain stimulation yang dilakukan oleh PT. GMC INDONESIA saat ini sudah sesuai dengan  pendekatan ilmiah dan proses pembelajaran untuk anak-anak. Hanya saja, belum tersosialisasikan kepada masyarakat dengan baik.
2.      PT. GMC INDONESIA secara resmi berada di bawah bimbingan dan pembinaan Pusat Intelegensia Kementerian Kesehatan.
3.      Perubahaan penamaan “Aktivasi Otak tengah” menjadi “Brain Stimulation / Stimulasi otak” karena pada dasarnya pelatihan yg dilakukan oleh PT. GMC INDONESIA adalah men-stimulasi seluruh bagian otak (whole brain),  BUKAN hanya Otak Tengah saja.
4.      Hasil Diskusi Pakar ini membuka ruang bagi semua pihak yang terkait untuk melakukan penelitian lebih lanjut sehingga hasil pelatihan Brain Stimulation yang dilakukan PT. GMC INDONESIA dapat bermanfaat lebih bagi seluruh anak bangsa Indonesia.
Selesai…

Disisi lain saya mendapatkan Email dari Sdr. Virkill penulis buku “MEMBONGKAR KEBOHONGAN AKTIVASI OTAK TENGAH” yang kata Sdr Virkill: termasuk pakar yang mendukung penerbitan bukunya adalah Prof. Sarlito.
Ahirnya saya mencoba mengkonfirmasi lewat FB Prof. Sarlito
Inilah isi surat saya:
Hello Sir,
I’m Kurniawan from Lamongan. 
I’m truly confused about the controversy of AOT (midbrain activation). The claim from GMC tells that you are one of the expert who supports GMC program. On the other hand, many people say that you actually oppose that GMC theory.. Even Virkill says that you are the expert who supports Virkill’s book “MEMBONGKAR KEBOHONGAN AKTIVASI OTAK TENGAH”
 So, which one is the correct Sir?
thank you for your attention.

Terjemahan:
 Hello Pak,
 Saya Kurniwan dari Lamongan.
 Saya benar-benar bingung tentang kontroversi AOT (aktivasi otak tengah). Klaim dari GMC menyebutkan bahwa anda adalah salah satu pakar yang mendukung program GMC. Disisi lain banyak orang yang mengatakan bahwa anda menentang program tersebut. Bahkan saudara Virkill menyatakan bahwa anda adalah  pakar yang mendukung buku karya Virkill “Membongkar Aktivasi Otak Tengah”
 Jadi yang manakah yang benar ?
Trimakasih atas perhatiannya.

Prof Sarlito menjawab:
Bahasa Indonesia saja, biar yg lain juga bisa ikutan.
Pada tanggal 20 Januari saya diundang oleh GMC untuk mengahdiri seminar tentang AOT di Hotel Sahid, sebagai hadirin biasa (bukan pembawa makalah). Saya bersedia, karena ingin mendengar sendiri bagaimana argumentasi mereka. Pembicara yang diundang adalah para dokter spesialis syaraf, dan yang hadir beberapa dokter, psikolog (termasuk saya), pendidik dan pemerhati.
 Ternyata ketiga dokter pemrasaran dan Kepala Pusat Pengembangan Inteligensia Depkes, tidak membenarkan peran otak tengah sebagai pusat pengembangan kecerdasan, apalagi kepribadian. Salah seorang pemrasaran (dr. Taufik) bahkan menyatakan bahwa teknologi yang tercanggih untuk tingkatkan kecerdasan adalah pendidikan. Kalaupun mau intervensi harus terhadap fungsi otak secara keseluruhan bukan hanya melalui AOT.
Tengah hari, saya pulang duluan karena ada rapat lain, tetapi saya sempat sms ke sdr. Donny, Direktur GMC, tentang kesimpulan saya dan pesan saya itupun (katanya) dibacakan pada forum. Isinya tetap menentang AOT, walaupun di sisi lain ada teknik-teknik pelatihan standar yang sudah benar (digunakan juga oleh hampir setiap pelatihan lain).
 Tetapi yang saya sesalkan adalah bahwa di Koran TEMPO (Sabtu, 29 Jan) ditampilkan gambar saya sedang ngobrol dengan sdr, Donny (saya memang didudukkan semeja dengan Dir GMC, sebagai tamuVIP) sebagai ilustrasi dari berita tentang GMC yang seakan-akan sudah ilmiah. Dalam text tidak ada sama sekali disebut nama saya, apalagi mengaitkan nama saya dengan GMC/AOT, tetapi foto saya bersama Donny di situ pasti disengaja untuk menimbulkan asosiasi tertentu pada pebacanya.
Saya sudah kirim surat pembaca ke Koran TEMPO, tetapi biasanya efeknya gak besar. Jadi ya sudahlah, mudah-mudahan surat face book ini bisa membantu mengurangi citra negatif pada diri saya yg ditimbulkan oleh akal-akalan pihak GMC.

Saya:
Trimakasih pak.
Apakah saya boleh menyebarkan informasi ini lewat internet?

Prof. Sarlito:
Silahkan.

Demikianlah surat yang langsung saya dapatkan dari Prof. Sarlito lewat FB untuk dijadikan salah satu bukti memahami kontroversi ini lebih lanjut.
 Berikut adalah beberapa links yang bisa dijadikan rujukan tentang masalah MEMBONGKAR AKTIVASI OTAK TENGAH.
 1. Berisi informasi yang sangat lengkap yang dihimpun dari kaskuser dipelopori oleh saudara Virkill pernulis buku MEMBONGKAR AKTIVASI OTAK TENGAH.

 2. Analisa-analisa kritis dari kumpulan observer
 3. Group di FB yang dibentuk oleh orang tua yang merasa terbohongi oleh program tersebut.
 4. Saatnya anda berfikir kritis dalam menanggapi fenomena-fenomena yang berbau mistis dengan mengikuti forum  dibawah ini:
 Saya menulis ini berharap bagi yang merasa pro dan kontra benar-benar memahami permasalahan ini secara obyektif dan saya tidak mempunyai niatan apapun dibalik penyebarluasan informasi ini.
 Semoga Alloh SWT melindungi kita serta selalu memberikan hidayah kepada kita ke jalan yang benar.
 Amin.
  
FB:
kurniawantrisaputra@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan untuk masukan dan kemajuan perkembangan blog "Adnan" dapat ditulis melalui komentar